Mancing di Jembatan Perbatasan Dua Provinsi
blokbojonegoro.com | Thursday, 18 May 2017 11:00
Hampir setiap hari, dua jembatan lama di perbatasan dua provinsi, yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah, tepatnya antara Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro dan Cepu Kabupaten Blora, tidak pernah sepi dari pemancing. Mereka kebanyakan ada di atas jembatan dan melemparkan umpan yang ada di kail ke bawah, tepatnya di aliran Sungai Bengawan Solo.
Reporter: Nur Muharrom
blokBojonegoro.com - Empat jembatan berderet dan kokoh berdiri. Dari sebelah utara, jembatan untuk jalan yang lama tinggalan Kolonial Belanda tetap dibiarkan. Di tempat itulah pemancing berjajar di pinggir tiang pembatas. Di sebalah selatannya ada jembatan baru yang ramai dilintasi kendaraan yang akan ke Provinsi Jawa Tengah atau sebaliknya.
Jembatan nomor tiga adalah jalur kereta api lama yang sudah tidak terpakai dan di tempat tersebut juga marak pemancing tengah duduk-duduk sambil menunggu umpannya dimakan ikan. Sedangkan paling selatan adalah jembatan untuk menopang rel kereta api yang baru.
Pagi, Kamis (18/5/2017) jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Suara bising kendaraan terdengar cukup nyaring, karena blokBojonegoro.com tengah berada di bawah jembatan dan dekat dengan aliran sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut. Tampak, setidaknya ada 15-an pemancing berada di jembatan lama jalan raya dan delapan orang di jembatan kereta lama.
Di bawah jembatan paling utara sampai di ujung selatan, sekurangnya tampak 12 pemancing menggunakan perahu tengah berada di tengah bengawan. Tanpa payung, mereka tetap sabar menunggu umpannya dimakan ikan. Berbagai jenis ikan biasanya didapat pemancing, tinggal umpan yang dilempar ke dasar bengawan.
"Kebanyakan ikan jambal, patin atau Nila. Bahkan, terkadang juga dapat tawes atau bader," jelas salah seorang pemancing, Widodo asal Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.
Widodo datang bersama temannya, Saiful asal Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Tengah. Ia sengaja datang pagi hari, karena sift kerjanya malam. Biasanya jika bekerja pagi sampai siang, maka malamnya ia akan ke jembatan untuk memancing.
"Di sini tinggal memilih saja, bisa memancing dari atas jembatan atau menggunakan perahu seperti saya saat ini," tegasnya.
Ditanya mengenai umpan, Saiful menjawab sambil tersenyum. Menurutnya, tiap pemancing mempunyai selera berbeda-beda dan terkadang makin aneh-aneh. Ada yang memakai tahu, tempe atau ote-ote untuk umpan dengan jenis pancing empat buah. Umpan cacing juga masih terkadang dipakai, selain jangkrik dan pelet.
"Ada pula yang memakai pisang untuk umpan, campuran keju, belut bakar dan lain sebagainya. Aneh-aneh to?" tanyanya sambil tertawa terkekeh.
Saiful menambahkan, kalau mancing di bengawan itu tidak tentu mendapat ikan. Sehingga diperlukan kesabaran ekstra dan terkadang membutuhkan waktu lama. Namun, jika nasib tengah baik, ikan yang didapat juga cukup besar. Pernah ada yang menaikkan ikan jambal seberat 5 kilogram dan pernah ada pula yang sampai 8 kilogram untuk satu ikan. [mu]
Tag : mancing
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini