#TokohBojonegoro (9)
Susanto Pudjomartono, dari Wartawan Menjadi Dubes Rusia
blokbojonegoro.com | Saturday, 20 June 2020 12:00
Reporter: Parto Sasmito
blokBojonegoro.com - Salah satu tokoh asal Kabupaten Bojonegoro, ada nama Susanto Pudjomartono (Alm). Merupakan salah satu wartawan terbaik di Indonesia dan pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Rusia.
Susanto Pudjomartono, yang lahir di Bojonegoro 18 Mei 1943 itu, dalam karir semasa hidupnya diawali menjadi jurnalis setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, pada tahun 1966 dengan jurusan Ilmu Komunikasi. Pada waktu itu, dirinya dikenal dengan inisiap SP di Majalah Tempo.
[Baca juga: Mayjen TNI (Purn.) Basofi Sudirman, Penyanyi Dangdut dan Gubernur ]
Dalam majalah tersebut, saat Susanto menjadi redaktur dan redaktur pelaksana rubrik nasional, dirinya melobi 2 pejabat yang dekat dengan Presiden Soeharto, yakni Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) Beny Moerdani dan Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono. Sehingga, dalam penyajian berita, menerapkan prinsip jurnalistik dengan berbagai pandangan secara seimbang.
Seperti dalam kasus dari peristiwa pembantaian di Tanjung Priok tahun 1984, Susanto menuliskan dari cerita saksi mata dan menyatakan jumlah lebih banyak dari pernyataan pemerintah. Meski demikian, dirinya juga menyajikan peristiwa tersebut dari versi pemerintah. Dengan lobinya dan tetap menerapkan prinsip jurnalistik, majalah Tempo tetap aman dari pembredelan oleh pemerintah.
Pada 1 Agustus 1991, Susanto menjadi pemimpin redaksi kedua The Jakarta Post, surat kabar di Indonesia yang meyajikan berita dalam Bahasa Inggris.
Di media tersebut, karakternya tidak berubah dan tetap sama seperti di media sebelumnya. Bahkan, di bawah kepemimpinan Susanto Pudjomartono, The Jakarta Post juga menjadi lebih vokal mengenai politik, mengambil pro-sikap demokrasi.
Seperti pada tahun 1996, Susanto dipanggil pemerintah untuk menjelaskan mengapa fotokopi dari cerita Post "secara rahasia" menemukan jalan mereka ke masjid di pedesaan Jawa. The Post melangkah lebih jauh dari kebanyakan surat kabar dalam melaporkan serangan militer berdarah untuk mengusir aktivis pro-demokrasi yang telah menduduki kantor Partai Demokrat Indonesia pada waktu itu.
Susanto bersama-sama mendirikan Klub Editor, yang pada akhir 1990-an dan sebagian besar dekade milenium pertama menjadi organisasi untuk pergi ke siapa pun yang terlibat dalam menjalankan negara, dari presiden dan jenderal militer hingga politisi. Susanto mengambil peran utama dalam banyak inisiatif untuk bertemu dengan orang-orang penting dan membantu mengedukasi mereka tentang opini publik. Para pejabat, termasuk presiden Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono, membutuhkan umpan balik dari Redaksi Klub Editor ketika membangun kembali negara secara demokratis.
Pada tahun 2003, Susanto Pudjomartono diamanahi menjadi Duta Besar Rusia. Tugas tersebut, tak lepas dari kemampuan Susanto yang sukses dalam melobi dan minat bacanya yang tinggi sehingga pengetahuannya luas. Kemampuan itu jauh sebelum dirinya mulai karir di Tempo tahun 1977. Waktu itu, dirinya menjadi koresponden koran Jepang, Yomiuri Shimbun. Dirinya bisa diajak berbicara segala topik, seperti cerita sila, renovasi Borobudur, novel Shogun, operasi Iran Contra, bahkan kbiasaan Presiden Soekarno hingga anekdot-anekdot Gus Dur.
Tak heran, Presiden Megawati Soekarnoputri, saat menjabat Presiden RI Tahun 2001-2004, mengusulkan nama Susanto menjadi Duta Besar di Austrla. Namun, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesernya ke Duta Besar di Rusia tahun 2003 hingga 2008.
Pada hari Rabu, 14 Januari 2015, Susanto Pudjomartono meninggal dunia di usianya ke 72 tahun.
Data diri:
Nama: Susanto Pudjomartono
Tempat, Tanggal Lahir: Bojonegoro, 18 Mei 1943
Wafat: 14 Januari 2015
Perjalanan Karir:
- Koresponden koran Jepang, Yomiuri Shimbun (1966)
- Majalah Tempo (1977)
- The Jakarta Post (1991)
- Duta Besar di Rusia (2003-2008)
Tag : wartawan, duta besar, rusia, bojonegoro, susanto pudjomartono
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini