Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

CeritaDesaKu

Cerita Mbah Lancur Djoyo dan Desa Mulyorejo

blokbojonegoro.com | Sunday, 30 January 2022 18:00

Cerita Mbah Lancur Djoyo dan Desa Mulyorejo Desa Mulyorejo jika dilihat dari sisi atas. (blokbojonegoro.com/Rizky)

 

Reporter : Rizki Nur Diansyah

blokBojonegoro.com - Desa Mulyorejo merupakan sebuah desa yang terletak di sebelah utara Kecamatan Balen dan bertepatan pada bantaran Bengawan Solo. Desa tersebut memiliki luas wilayah sekitar 265 hektare serta memiliki 2 dusun yakni, Dusun Pelem dan Dusun Taraban. jumlah penduduk Desa Mulyorejo, kurang lebih 1.782 jiwa, yang mayoritas pekerjaannya menjadi petani.

Desa tersebut memiliki dua tokoh utama yang berpengaruh dalam masa peradaban kerajaan mataram pada masa lalu, kedua tokoh tersebut yaitu Mbah Djoyo Sentono dan Ki Ronggo Mayang Seto atau yang lebih dikenal masyarakat setempat dengan sebutan Mbah Lancur Djoyo.

Menurut Kepala Desa Mulyorejo, Subekhan, Pada saat Kerajaan Mataram dipimpin oleh Raja Sultan Hadi Wijaya, pertama kali yang masuk Desa Mulyorejo yaitu Mbah Djoyo Sentono asli dari Kabupaten Tuban, yang tempatnya saat ini di RT 10 Dukuh Taraban, salah satu yang menjadi bukti sejarah yaitu adanya makam kecil (keramat cilik).

"Beliau bersama dengan istri memang tidak punya keturunan, Kemudian beliau mendirikan Musala di sekitar keramat cilik itu," ungkap Subekhan.

Kedua, datang Ki Ronggo Mayang Seto atau yang mempunyai julukan Mbah Lancur Djoyo, awalnya disini belum bernama Mulyorejo, namun pada saat itu masih bernama Dukuh Toroban yang sekarang menjadi Taraban dan Dukuh Pelem.

Dari kedua tokoh tersebut yang membawa pengaruh yaitu, Ki Lancur Djoyo, beliau mengajak seluruh kerabat untuk bertempat tinggal di Dukuh Taraban, Akhirnya kedua tokoh itu saling bertemu dan memperkenalkan diri. Sehingga saat pada zaman Kerajaan Mataram, kedua tokoh tersebut sepakat untuk kedua dukuh tersebut dijadikan satu menjadi Desa Mulyorejo.

“Kemudian untuk sementara waktu, disepakati yang memimpin Desa Mulyorejo adalah Ki Lancur Djoyo, dan yang mempunyai usul nama Mulyorejo yaitu Ki Lancur Djoyo ini, kemudian Mbah Djoyo Sentono menyetujui nama tersebut," katanya.

Ki Lancur Djoyo merupakan kerabat dari Keraton Mataram, dan putra raja. Tetapi, tidak dari istri yang asli. Kemudian, beliau ini diperintahkan untuk mencari tempat yang masih dalam pengaruh Kerajaan Mataram, sehingga tibalah di Desa Mulyorejo ini

"Karena ada masuk akalnya juga, lantaran pada saat itu aktivitas transportasi yaitu melalui sungai Bengawan Solo, dan Desa Mulyorejo ini tepat di Bantaran Sungai Bengawan Solo," ujarnya.

Kemudian, asal mula munculnya nama Toroban pun belum bisa terdeteksi hingga saat ini, apakah ada sebuah mistis atau ada sebuah tempat yang membuat nama menjadi Toroban. Namun, yang bisa masyarakat setempat dapat asal nama dukuh Toroban yaitu dari asal kata (Antara Bojonegoro dan Tuban), karena di seberang bengawan itu sudah masuk wilayah Kabupaten Tuban. 

"Kita telusuri, ternyata Desa Mulyorejo ini merupakan desa tertua yang ada di Kecamatan Balen, mengapa bisa dikatakan tertua? Pasalnya Desa Mulyorejo ini dekat dengan Bengawan Solo, dan sangatlah mudah transportasi pada zaman peradaban Mataram kala itu melalui bengawan," tegasnya.

Pemerintah Desa Mulyorejo pun akan terus mengungkapkan identitas kedua tokoh tersebut kepada para remaja dan anak cucunya nanti, agar semua mengerti bahwa kedua tokoh tersebut yang membabat alas atau memiliki peran penting atas terbentuknya Desa Mulyorejo.

"Kemudian, Desa Mulyorejo ini mengangkat budaya Kerajaan Majapahit, seperti Gapura selamat datang desa dan papan nama balai desa, hal itu lantaran Kabupaten Bojonegoro ini masih ada pengaruh dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram, seperti dari cara bersosial dengan seseorang dan masih ada banyak lagi," pungkasnya. [riz/col]

 

 

Tag : Cerita, desa, mulyorejo



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini