Semua Di-handle Teknologi, Tugas Pelajar Apa?
blokbojonegoro.com | Saturday, 21 May 2022 09:00
Anak sedang mengikuti pembelajaran secara daring. (Foto: lpmpjatim.kemdikbud.go.id)
Oleh: Destriana Putri Ayu Ningtyas*
blokBojonegoro.com - Perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang informasi tentu akan berdampak dalam kehidupan masyarakat. Begitu juga perkembangan teknologi informasi juga akan berdampak kepada dunia pendidikan. Sekarang ini pendidikan memang mengalami tantangan yang luar biasa. Dunia di luar gedung sekolah dan universitas telah berubah sangatlah besar. Kini, kita dapat melakukan diskusi virtual walaupun pesertanya berada di berbagai negara. Pembelajaran ataupun perkuliahan berlangsung secara daring. Bahkan kegiatan seminar, lokakarya, dan semacamnya dilakukan melalui dunia maya.
Universitas Airlangga yang merupakan perguruan tinggi negeri terkemuka di Jawa Timur misalnya, kegiatan perkuliahan dan lainnya sering pula dilakukan online. Hal ini juga berkenaan dengan pandemi covid-19 yang berlangsung lebih dari satu tahun. Unair juga mengunggah materi kuliah di web, sehingga mahasiswanya dengan mudah mengakses laman tersebut. Oleh karena itu, perangkat laptop atau gawai yang terhubung internet menjadi kebutuhan primer bagi pelajar dan mahasiswa.
Sehingga, menuntut tidak hanya orang dewasa atau orang tua saja, para pelajar dan mahasiswa juga dituntut untuk bisa lebih melek teknologi. Mampu mengoperasikan teknologi komunikasi yang ada saat ini, agar tidak ketinggalan. Perkembangan pesat teknologi internet dan aplikasi telekonferensi memungkinkan kegiatan belajar mengajar mulai dari anak-anak Paud, TK, SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi dapat dilakukan tanpa tatap muka dan kontak fisik.
Penyedia perpustakaan digital juga dapat dengan mudah diakses, bahkan buku dan jurnal bisa diunduh secara gratis. Sehingga, informasi dapat diperoleh dengan mudah melalui berbagai sumber. Kini berkembang kelakar, semua sudah dihandle teknologi, tugas pelajar apa? Artinya internet dapat memberikan segala informasi yang diperlukan. Oleh karena itu, aspek life skills yang perlu dikembangkan. Kecapakan menggali informasi dari berbagai sumber, menganalisisnya secara kritis untuk memecahkan masalah secara kreatif dan bijak.
Otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi adalah integrasi yang akan mengubah pola hidup dan interaksi manusia. Tentunya, dapat dilihat tantangan yang akan dihadapi bukan semakin mudah, namun sebaliknya. Tugas kita adalah menciptakan pembaharuan, karena jika tidak maka sama halnya sumber daya manusia akan tergerus oleh teknologi.
Menurut Aces or Duds (Kartu As atau Kartu Mati), ibaratnya bermain remi, pada pergeseran tersebut pendidikan menjadi kartu As untuk memenangkan pertandingan atau sebaliknya menjadi kartu mati yang justru menjadi beban yang merepotkan. Kita semua harus siap menjadi kartu As dalam proses pergeseran tersebut.
Inovasi buah kreativitas tidak dapat diperoleh dengan cara yang instan, tapi juga harus melalui kerja keras dalam waktu yang lama. Misalnya, para inventor atau penemu melakukan kerja keras dan kerja panjang sebelum melakukan sesuatu. Selain berpikir out of the box, untuk menjadi kreatif juga dapat dilakukan dengan berpikir in side the box. Jadi, tidak selalu harus memulai dari yang sama sekali baru. Mahasiswa Universitas Airlangga sudah membuktikannya, satu di antara judul karya tulis yang menjadi juara nasional misalnya, “Optimalisasi Peran Zakat dan Wakaf untuk Memperbaiki Fasilitas Medis Sebagai Upaya Mengatasi Tingginya Pasien Covid-19 di Indonesia”.
Kita sedang memasuki era kompetisi yang semakin ketat. Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan kreativitas menjadi kunci keberhasilan dalam era tersebut. Kini banyak sekolah di negara maju yang mencanangkan lulusan dengan ungkapan be critical thinker, be problem solver, and be creative. Seperti halnya Universitas Airlangga yang memiliki motto Excellence with Morality. Artinya kepandaian saja tidak cukup, pengetahuan dapat dengan mudah diketahui dari Mbah Google. Sedang, moral karakter kepribadian yang baik juga dituntut untuk menjadi pembiasan dan budaya.
Sekolah dan perguruan tinggi masih sangat penting dan diperlukan. Keduanya sebagai lembaga pendidikan merupakan sarana belajar, berkembang komunitas positif, dan sekaligus sebagai tempat untuk memelihara budaya. Tempat untuk membangun karakter melalui metode pembiasaan dan keteladanan dari figur seorang guru maupun dosen. Secara sosiologis, sekolah dan perguruan tinggi merupakan “jembatan” untuk mengantarkan generasi muda memasuki kehidupan masyarakat. Iptek berkembang secara cepat, sehingga sangat mungkin apa yang dipelajari sekarang akan segera usang, oleh karena itu belajar secara mandiri (selflearning, selfdirection, dan initiatitive) harus dikembangkan dalam pendidikan.
*Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Gizi, Universitas Airlangga
Tag : teknologi, pendidikan, unair, surabaya
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini