Mendidik dengan Hati
blokbojonegoro.com | Tuesday, 17 January 2023 18:00
Oleh: Umi Lailatul Masfufah *
blokBojonegoro.com - Guru digugu dan ditiru. Betapa beratnya menjadi seorang guru. Tidak hanya mengajarkan ilmu, tapi seorang guru harus jadi panutan bagi anak didiknya agar suatu saat nanti Negara memiliki pemimpin yang mempunyai tata krama dan sopan santun serta ber-akhlakul karimah.
Guru merupakan seorang pendidik. Seorang guru dituntut mampu mendidik. Mendidik tentu berbeda dengan mengajarkan suatu ilmu pengetahuan. Kegiatan mendidik memiliki tujuan untuk mengubah tingkah laku anak menjadi lebih baik sehingga bisa menjadi anggota masyarakat yang baik pula.
Dalam proses mendidik, seorang guru memiliki tantangan yang berbeda dengan hanya mengajarkan suatu ilmu pengetahuan. Supaya sukses dalam mendidik, seorang guru harus dapat menjadi teladan bagi anak didiknya. Sehingga, mereka dapat memiliki karakter yang baik sesuai nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Namun mendidik tidak hanya tugas seorang guru saja. Orang tua juga memiliki tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak-anaknya. Karena orang tua merupakan madrasah pertama bagi mereka sebelum mengenal dunia luar. Sehinga orang tua memiliki peran penting pula dalam hal mendidik.
Lalu mendidik yang seperti apa?
Pendidikan dalam Bahasa Arab disebut tarbiyah yang salah satu artinya adalah suatu kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak dan menyenangkan hati serta tidak membosankan.
Dalam penggalan ayat al-Qur’an surat Al-Isro’ ayat 21 yang berbunyi “Warhamhumaa kamaa rabbayaani shaghiiraa” dan sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka mendidikku dengan kasih sayang sayang ketika aku masih kecil.
Ayat di atas, dapat dipahami bahwa sebenarnya mendidik dengan hati harus diberlakukan, baik terhadap anak-anak di lingkungan keluarga maupun bagi anak didik di sekolah. Dan guru memiliki peran ganda, ia berperan sebagai pendidik sekaligus sebagai orang tua bagi anak didiknya.
Mendidik dengan hati sama halnya mendidik dengan ungkapan kasih sayang. Guru memberikan pendidikan terhadap anak didiknya tidak terbatas oleh ruang dan waktu sebagaimana orang tua.
Guru harus tulus ikhlas dalam memberikan bimbingan dan kasih sayangnya kepada para anak didiknya sepanjang waktu. Di manapun seorang pendidik berada harus sanggup berperan sebagai seorang pendidik yang sejati.
Menjadi seorang guru adalah pilihan dan setiap pilihan tentu memiliki resiko yang harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab. Mendidik dengan hati menjadi solusi dalam ranah pendidikan demi mewujudkan generasi yang baik, bermoral, dan berkarakter.
Mendidik dengan hati artinya memberikan yang terbaik untuk peserta didik. Memperlakukan mereka seperti memperlakukan anak sendiri dengan penuh kasih sayang bahkan lebih baik dari itu.
Mendidik dengan hati ibarat sedang berdakwah. Menyeru pada kebaikan. Mendakwahi orang kadang berbalas penolakan, cacian dan pukulan. Lalu apakah kita dendam akan hal itu? Tentu tidak.
Yang terpenting adalah usaha yang kita lakukan. Tidak ada yang sia-sia jika kita ikhlas dalam menjalankan dan tentunnya akan berbuah pahala yang mengalir hingga ke akhirat kelak.
Boleh jadi dalam proses mendidik terkadang mengalami kegagalan satu, dua, tiga dan seterusnya. Namun guru sejati itu pantang menyerah, tak kenal lelah, ikhlas dalam mengalokasikan waktu, tenaga dan pikiran demi kebaikan anak didiknya.
Walaupun terkadang orang tua menyekolahkan anaknya yang diincar adalah nilai akademiknya tapi perlu diketahui bahwa penting sekali yang harus diperhatikan oleh seorang guru adalah tentang pendidikan karakter.
Semangat juang, mental yang kuat dan akhlak yang baik adalah modal bagi generasi penerus bangsa demi masa depan yang lebih baik. Maka kunci utama adalah terletak pada guru. Sistem pendidikan bangsa ini akan menghasilkan generasi yang cemerlang dengan profil guru berkualitas yang mendidik dengan hati.
William Arthur Ward mengatakan, guru yang biasa-biasa saja menceritaka. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang unggul mendemonstrasikan. Guru yang luar biasa itu mengilhami.
Jika harus memilih, maka jadilah guru yang menginspirasi. Negeri kita tidak kekurangan orang pintar akademiknya, tetapi negeri kita kekurangan orang benar akhlaknya.
* Penulis adalah guru TK Muslimat NU Nurul Ummah 16 Plesungan, Kapas, Bojonegoro.
Tag : guru, pendidikan, mendidik, sekolah
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini