ISNU, Peran Pendidikan dan Sosial
blokbojonegoro.com | Saturday, 01 May 2021 17:00
Oleh: Usman Roin *
blokBojonegoro.com - Mendengar ISNU serasa masih awam. Hal itu wajar karena Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) sebagai badan otonom (Banom) NU termuda, baru dilembagakan tahun 2012 dan disahkan pada Muktamar ke-32 NU di Makassar 2010 silam. Terlebih menurut Ketua Umum PP ISNU H. Ali Masykur Musa saat wawancara eksklusif di situs resmi nu.or.id, keanggotaan ISNU hakikatnya sudah ada sejak lama. Bahkan bagi penulis sendiri, sumber kader ISNU sangat jelas baik dari kader IPNU-IPPNU, PMII, Fatayat ataupun Muslimat, Ansor dan lainnya yang sudah menamatkan jenjang akademik baik pada jenjang S1, S2, dan S3.
ISNU sebagai wadah berkumpulnya intelektual, cendekiawan, profesional dan sarjana NU lintas disiplin keilmuan secara fakta mengukuhkan ISNU memiliki keanggotaan yang berkelas tinggi (high quality). Jika demikian, harapan agar ISNU menjadi motor penggerak kesejahteraan umat adalah hal yang tidak bisa dinafikan. Meminjam bahasa Prof. H.A.R Tilaar (2009: 78-79) “ISNU” perlu menjadi penyeimbang pendidikan sekuler. Artinya, gelombang sekularisme dalam tata kehidupan manusia seiring dengan kemjuan Iptek yang tanpa batas, dapat menggoyahkan iman manusia hingga mengarah kepada penghancuran kehidupan itu sendiri.
Oleh karena pendidikan Islam memiliki nilai futuristik, atau proses mempersiapkan kehidupan manusia yang lebih baik dengan mempertahankan nilai-nilai abadi melalui nilai-nilai ke-Tuhanan, ISNU sebagai wadah cendekiaan NU diharapkan mampu untuk memberikan pencerahan baik secara akademik maupun non akademik. Di sisi lain, keberadaan lembaga pendidikan Islam seiring dengan sekularisme, mau tidak mau harus dipersiapkan sebagai penjaga nilai-nilai luhur keagamaan yang di dalamnya terdapat generasi muda NU. Jika hal itu difungsikan, lembaga pendidikan Islam dapat berfungsi sebagai the guardian of religious and moral values.
Bidang Pendidikan
Dalam hal pendidikan, penulis sepakat dengan gagasan Kang Masykur, bahwa keberadaan ISNU diharapkan menjadi media peningkatan capacity building SDM yang tidak lain adalah kader-kader NU sendiri. ISNU sebagai organisasi berbasis intelektual telah mengukuhkan “intelektualitas” yang dimiliki menjadi bagian dari branding.
Seiring dengan itu, keberadaan ISNU diharapkan mampu menjadi media penghubung kader NU, atau kader ISNU sendiri, untuk mendapatkan beasiswa pendidikan baik pada jenjang S1, S2 dan S3, baik terhadap PT yang bernaung di bawah NU, atau stakeholder PT lainnya yang membuka kesempatan beasiswa. Hal itu bertujuan agar output SDM NU menjadi qualified yang menurut Prof. Masdar Hilmy (2016: 50) akan berdampak pula dalam hal peningkatan daya saing hingga daya serap kader NU terhadap dunia kerja serta program keumatan lainnya.
Di sisi yang lain, peningkatan kapasitas juga bisa ditempuh melalui ragam pelatihan baik terkait leadership, jurnalistik, content creator, serta kewirausahaan berbasis digital yang mau tidak mau menjadi tranding hari ini. Untuk menyukseskan hal itu, secara organisatoris ISNU perlu memiliki base data kekinian terkait potensi sarjana yang telah dimiliki, baik yang tengah melakukan studi, atau yang telah purna studi. Jika bisa, peta persebarannya juga direkam agar secara administratif gambaran keanggotaan ISNU terpetakan sesuai kompetensi dan profesi.
Bidang Sosial
Dalam wilayah sosial kemasyarakatan, ISNU perlu hadir sebagai sumber pencerah wawasan keislaman. Meminjam bahasa Prof. Komarudin Hidayat (2019: 39) mengkampanyekan “agama cinta”. Sebab, Islam sebagai agama yang datang dari Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyanyang memiliki substansi dan misi yang jelas yakni, menebarkan cinta Tuhan kepada makhluk-Nya. Firman Allah SWT surat Ali-Imran: 3, berbunyi “Sekiranya kami bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”.
Dengan demikian, jelas bahwa upaya memberikan wawasan keislaman kepada masyarakat perlu menempuh cara edukatif yang baik. Yakni, melalui cara yang arif, persuasif, santun dan bijaksana. Dari sisi penggunaan bahasa juga melalui pemilahan kata yang baik, ramah, dan lemah lembut, dan intelektual ISNU mampu melakukan hal itu. Sehingga ujaran bernada mencela, menghina, menodai, atau menista maupun ragam perbuatan yang berujung merugikan seperti teror, penyerangan, atau bahkan pengerusakan atas nama agama bisa diredam oleh peran sosial kemasyarakatan intelektual-intelektual ISNU, yang dalam bahasa Prof. Masdar Hilmy (2016: 146), sudah memiliki konstruk kontekstualisasi teks ketimbang tekstualisasi teks. Artinya, jika selama ini teks menempati peran sentral dalam proses pembuatan hukum, ke depan konteks harus lebih dipertimbangkan ketimbang teks.
Akhirnya, selamat dan sukses kegiatan kegiatan safari Ramadan Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Kabupaten Bojonegoro diacara Ta’aruf Pengurus Pimpinan Anak Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PAC ISNU) Kecamatan Balen Periode 2021-2024 yang diteruskan dengan buka puasa, di Masjid Al-Ishlah Desa Bulu, Sabtu (1/5/21). Walau jauh, Aku tetap Padamu.
*Penulis adalah Aktivis ISNU Kecamatan Balen dan Alumnus Magister Pendidikan Agama Islam UIN Walisongo Semarang.
Tag : ISNU, bojonegoro, banom
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini