Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Politisi, Konstituen dan Penistaan Agama: Rasmus Paludan

blokbojonegoro.com | Saturday, 28 January 2023 06:00

Politisi, Konstituen dan Penistaan Agama: Rasmus Paludan

Oleh: Prof.Dr. Nur Syam, M.Si

blokbojonegoro.com - Akhir-akhir ini viral lagi tentang perilaku politik seorang politisi Swedia yang membakar Kitab Suci Al Qur’an. Sontak dunia Islam menjadi gempar karena perilaku seperti ini. Al Qur’an adalah Kitab Suci di dalam agama Islam yang sangat dimulyakan dan merupakan kitab yang dijadikan sebagai pedoman di dalam kehidupan. Keyakinannya  bahwa Alqur’an adalah kitab suci yang menjadi  bagian dari rukun iman. Jadi orang muslim harus percaya bahwa Alqur’an adalah wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur’an sebagai Kitab Suci bagi umat Islam diyakini sebagai teks yang tetap orisinal sepanjang waktu. Al Qur’an tidak mengalami perubahan bahkan dalam jumlah huruf dan kata-katanya. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang teksnya diyakini merupakan kebenaran mutlak. itulah sebabnya umat Islam memberikan penghormatan dan memuliakan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT.

Pada era ilmu pengetahuan sebagai pilar kehidupan dan menjadi   bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, maka Al-Qur’an juga tidak luput untuk dikaji secara akademis dan ilmiah. Al-Qur’an sebagai kalam Ilahi telah dikaji dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, khususnya sains dan teknologi. Dari kajian atas Alqur’an tersebut kemudian menjadikan pengkajinya masuk Islam, misalnya Maurice Buchaille, yang mengkaji mummi Fir’aun yang tenggelam di laut pada masa Kenabian Musa AS. Dia menulis buku: “Bible, Al Qur’an dan Sains Modern.\" Dan juga Jeffrey Lang yang masuk Islam pasca membaca Surat Al-Baqarah tentang penciptaan Nabi Adam AS  sebagai khalifah di bumi. Dari perenungannya, maka kemudian ahli matematika ini masuk Islam. Dia menulis buku: “Struggling to Surrender (1994), Even Angle Ask (1997) dan Losing My Religion: A Call for Help (2004).\" (pwmu.co, 23/02/2021).

Al Qur’an juga banyak dihafal. Di dunia ini, “hanyalah” Al-Qur’an sebagai kitab yang dihafal oleh jutaan umat Islam. Karena Al Qur’an di dunia ini sama semua teksnya, maka orang yang menghafalkan Al-Qur’an di Mesir, Saudi Arabia, Malaysia, Maroko dan Indonesia semuanya sama. Karena tidak ada perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya, maka orang bisa hafal Al qur’an di mana saja tanpa perbedaan. Hal ini tidak lain karena Allah sendiri yang berjanji akan menjaga Al-Qur’an. “Inna nahnu nazzalna al dizkro wa inna lahu lahafidzun”, yang artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkan Alqur’an dan sesungguhnya kami benar-benar menjaganya.” (QS: Al Hijr: 9). 

Di tengah kecintaan dan penghormatan atas Al-Qur’an yang sedemikian besar dari umat Islam, ternyata justru terjadi fenomena sebaliknya, yaitu perilaku orang barat untuk menistakannya. Di antara yang melakukan penistaan Al-Qur’an adalah Rasmus Paludan. Warga negara Swedia dan politikus yang sudah kedua kalinya melakukan penistaan Al-Qur’an. Paludan dikenal sebagai politikus ekstrim kanan yang begitu membenci terhadap Islam dan juga migrasi orang Islam ke Eropa, khususnya di Swedia. Sebagai politisi yang malang melintang dalam dunia politik di Swedia, dia memang sering memicu masalah dan bertindak kontroversial. Paludan menjadi pemimpin kelompok sayap kanan ekstrim di Swedia.

Paludan ternyata memiliki “kekebalan” dalam tindakan penistaan agama. Meskipun dikecam oleh berbagai negara, termasuk Jerman dan Amerika Serikat dan negara-negara Timur Tengah namun pemerintah Swedia tidak melakukan tindakan hukum. Hal ini memang sesuai dengan prinsip negara liberal, yang secara politik memberikan kebebasan bagi warga negaranya untuk mengekspresikan pikiran dan tindakannya termasuk pikiran dan tindakan untuk menistakan agama, seperti membakar Al-Qur’an. 

Melihat tindakan Paludan pantaslah jika negara-negara Islam dan negara-negara berpenduduk mayoritas  muslim melakukan pengecaman, termasuk negara Indonesia. Sebagai negara yang berketuhanan maka Indonesia melakukan pengecaman atas tindakan penistaan agama yang dilakukan oleh siapapun. Tidak hanya negara tetapi organisasi social keagamaan, seperti NU dan Muhammadiyah juga mengecam dengan keras tindakan tersebut. 

Paludan memang merasakan diuntungkan dengan tindakannya yang anti Islam dan xenophobia atau anti migrasi atas suatu kelompok tertentu. Melalui tindakannya yang nekad ini, maka Paludan diuntungkan secara politik. Bukankah di Eropa, termasuk di Swedia dan Belanda, maka banyak di antara warga negaranya yang anti Islam atau sekurang-kurangnya Islampobia dan xenophobia. Tentang migrasi penduduk dari Timur Tengah, khususnya Syria dan Iraq menjadi meningkat pada saat terjadi perang di dua negeri ini. Mereka berduyun-duyun datang ke Eropa termasuk ke Italia, Belanda, Jerman, Swedia dan lain-lain. Tidak hanya kedatangan mereka yang tidak dikehendaki tetapi juga agama yang dibawanya. Makanya persoalan tindakan penistaan ini sesungguhnya merupakan tindakan yang tidak berdiri sendiri tetapi terkait dengan faktor-faktor lain. 

Tindakan anti Islam dan penistaan terhadap simbol suci dalam Islam tentu akan berakibat panjang. Salah satu di antaranya adalah semakin menguatnya kebencian terhadap Barat dari kelompok ultra konservatif. Yang jelas kala mereka disakiti, maka konsekuensinya mereka juga akan membalas menyakitinya. Hipotesisnya adalah jika masih terdapat tindakan kebencian atau penistaan atas lambang-lambang agama tertentu, maka akan terus memunculkan tindakan ekstrim lain dari kelompok tertentu. Dalam hal ini penistaan atas Al-Qur’an juga akan memunculkan tindakan balasan oleh kelompok ultra konservatif  Islam. 

Namun demikian, kita bersyukur bahwa kelompok mayoritas Islam, khususnya di Indonesia, tidak terprovokasi oleh tindakan penistaan. Memang seharusnya kita memahami bahwa tindakan tersebut bukan semata-mata menghina atas simbol Islam akan tetapi adalah untuk kepentingan politik. Dengan melakukannya, maka Paludan akan memperoleh keuntungan politik dari konstituennya yang memang memiliki kesamaan pandangan dan tindakan.

Wallahu a’lam bi al shawab.

*Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya sekaligus Founder Nursyam Centre (NSC) dan Friendly Leadership Training.

 

Tag : Pemilu, agama, politik, identitas



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.



Berita Terkini