Reporter: Rizki Nur Diansyah
blokBojonegoro.com - Kondisi Lapas Kelas II A Kabupaten Bojonegoro semakin mengenaskan. Benar-benar over kapasitas. Sebab, idealnya, bangunan lama di Jalan Diponegoro, Kota Bojonegoro itu hanya muat 133 warga binaan pemasyarakatan (WBP).
Namun apa daya, menurut data yang diperoleh blokBojonegoro.com, saat ini ada 400 WBP, yang berdesak-desakan di tiap sel, baik dari Kabupaten Bojonegoro maupun kiriman dari Lapas lain. Kondisi tersebut semakin memprihatinkan pasca ricuh dengan petugas beberapa waktu lalu.
Bukan hanya sesak dengan penghuni, namun kondisi dinding pembatas dan titik bangunan lain juga rawan jebol. Sebab, kondisinya telah lapuk dimakan usia.
[Baca Juga: https://blokbojonegoro.com/2025/07/24/polisi-selidiki-ratusan-gram-sabu-dan-pil-ekstasi-di-lapas-bojonegoro/]
Kepala Lapas Kelas IIA Bojonegoro, Harry Winarca mengatakan, jika sejak tahun 2017, Lapas Bojonegoro telah mengajukan permohonan relokasi Lapas di lahan yang ada di Desa Mojoranu, Kecamatan Dander ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro.
Namun, hingga 8 tahun lamanya, belum ada tindak lanjut yang nyata, bahkan setelah dua kali pergantian kepala daerah. “Kami berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah saat ini. Karena bukan hanya soal fasilitas, tapi juga menyangkut hak dasar para warga binaan dan keamanan publik,” ujar Hari.
Dengan kondisi yang semakin darurat ini, sejumlah pihak mendesak adanya langkah cepat dari Pemkab Bojonegoro dan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas), agar relokasi lapas segera direalisasikan.
"Overload lebih dari tiga kali lipat ini tidak hanya membuat ruang gerak narapidana sempit, tetapi juga memunculkan potensi gangguan keamanan yang serius," tambahnya.
Disisi lain, penjagaan terhadap ratusan narapidana itu hanya dilakukan oleh enam orang petugas dari jajaran Polisi Khusus Pemasyarakatan (Polsuspas). Rasio penjagaan yang sangat timpang ini, tidak sebanding dan bisa berisiko tinggi, baik terhadap keamanan dalam lapas maupun keselamatan petugas.
“Kondisi ini sangat tidak ideal. Kami sudah berusaha maksimal menjaga ketertiban, tapi secara sistemik, kami kekurangan personel dan infrastruktur,” pungkasnya. [riz/mad]
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published