Menelisik Tradisi Ziarah Kubur dan Nyekar Sebelum Ramadan Tiba
blokbojonegoro.com | Thursday, 31 March 2022 18:00
Reporter : Lizza Arnofia
blokBojonegoro.com - Umat muslim di seluruh dunia menyambut kedatangan Bulan Tamadan dengan suka cita, tak terkecuali di Indonesia. Sebagai Negara dengan mayoritas penduduk muslim, kemeriahan menyambut Ramadan sangat terasa.
Tradisi unik tersebut sesuai dengan adat istiadat masing-masing daerah yang tetap dilestarikan hingga saat ini. Seperti halnya tradisi ziarah kubur dan nyekar di makam leluhur, sembari membawa wadah berisikan kembang telon. Isinya ada tiga, bunga mawar, kenanga, dan cempaka putih/kembang kantil.
Budayawan Bojonegoro, Suyanto atau akrab dikenal Pakdhe Yanto Munyuk mengatakan dalam tradisi Islam di Jawa. Memang sangat kental diwarnai tradisi peninggalan leluhur, karena sebelum agama dari luar tersebut masuk. Masyarakat Jawa juga sudah mengenal tentang Tuhan, Sang Pencipta Alam, Pamurba Alam Raya (macro cosmos).
Bahkan sangat mengenali diri pribadi siapa jati dirinya (micro cosmos). Selain itu, masyarakat Jawa juga sudah mengenal Alam Baqa. Yang biasa mereka sebut dengan Alam Kekal (keabadian).
"Dari sinilah masyarakat meyakini bahwa ketika manusia setelah mati, jazadnya yang mati. Namun ruh akan kembali kepada Tuhan, pemaduan dua ajaran antara Kejawen (kaweruh tentang kehidupan keyakinan jawa) dengan Agama Islam. Maka lahirlah sebuah tradisi jelang bulan suci ramadan, berupa nyekar/kepyok," papar Budayawan Bojonegoro, Suyanto.
Bahkan, membersihkan makam dan juga nyekar. Yaitu membawa sekar (bunga wewangian) untuk ditaburkan ke makam leluhur/keluarga. Nama kepyok sendiri sama halnya seperti nyekar.
"Disebut kepyok karena bunga yang dibawa merupakan bunga segar dalam suatu wadah. Agar tetap segar maka ditaburkan dalam keadaan basah segar, juga memuat begitu pentingnya dalam kehidupan. Hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan sesama manusia," ungkap Pakde Yanto Munyuk.
Lanjut Suyanto, dalam Islam diyakini. Bahwa ruh-ruh yang kembali kepada Tuhan, maka akan mendapatkan ampunan. Dari situlah bertemulah dua pemahaman, antara Kejawen dengan ajaran Agama Islam.
Untuk kepyok/nyekar sendiri diawali dengan selamatan (bancakan) yang disebut megengan. Berasal dari kata megeng (konsentrasi, mulai ngempet hawa nafsu) sebuah kegiatan sosial religi, berupa berbagi dan mendoakan para leluhur keluarga yang telah kembali kepada Tuhan.
"Dua acara dalam satu rangkaian, megengan dan nyekar. Sungguh tradisi yang baik secara sosial maupun religius, makanya tradisi ini tetap berjalan secara turun-temurun," pungkasnya. [liz/ito]
Tag : tradisi, nyekar, kubur, ramadan
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini