21:00 . WaNur Programkan SapaBupati, untuk Komunikasi bersama Masyarakat   |   16:00 . Tingkatkan Kapasitas, EMCL Berikan Pelatihan kepada Puluhan NGO Lokal dan Kontraktor   |   23:00 . Hari Santri, Paslon Wahono-Nurul Hadiri Silaturahim dan Konsolidasi PCNU Bojonegoro   |   21:00 . Kontribusi Besar Pratikno untuk Bojonegoro, Begini Pandangan Kang Yoto   |   18:00 . Debat Pertama Gagal, KPU Bojonegoro Tawarkan Format Debat Baru   |   13:00 . MWCNU Gayam Laksanakan Apel Peringatan Hari Santri Nasional 2024   |   11:00 . Apel Akbar Santri Ponpes Attanwir   |   10:00 . 5.400 Santri Ponpes Attanwir Apel Akbar HSN   |   09:00 . Program Dorong Jiwa Entrepreneurship WaNur Siapkan Kartu Wirausaha Muda   |   21:00 . Batalnya Debat Dinilai Ketidakdewasaan Paslon dan Kegagalan Penyelenggara Pemilu   |   20:00 . Permudah Beasiswa untuk Santri, Setyo Wahono Siapkan Kartu Santri   |   18:00 . Hadir di Bojonegoro, Svarga Clinic Tawarkan Treatment Mulai Rp50 ribu   |   17:00 . Petani di Bojonegoro Meninggal di Sawah Usai Tertimpa Sabitnya Sendiri   |   15:00 . Rocky Gerung Beri Kuliah Umum Filsafat Kebangsaan di IKIP PGRI Bojonegoro   |   05:00 . Alhamdulillah..! Prof Pratikno Jabat Menko PMK   |  
Thu, 24 October 2024
Jl. Desa Sambiroto, Kec. Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Tutur Sesepuh

Asal Usul Desa Woro Kecamatan Kepohbaru

blokbojonegoro.com | Sunday, 29 October 2023 15:00

Asal Usul Desa Woro Kecamatan Kepohbaru

Kontributor: Sahdan

blokBojonegoro.com - Desa Woro, yang terletak di Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro, memiliki kisah asal usul yang unik yang hingga saat ini masih menjadi bagian penting dalam sejarah dan identitas masyarakatnya.

Menurut cerita sesepuh Desa Woro, pada zaman penjajahan Belanda, desa ini belum memiliki nama. Saat itu, pasukan penjajah Belanda sering melakukan patroli di daerah sekitar desa. Ketika suara mobil tank penjajah terdengar di perbatasan desa, warga setempat merasa cemas dan prihatin. Mereka tahu bahwa serdadu Belanda sering menangkap penduduk pribumi untuk dijadikan budak dan dipaksa bekerja rodi, sehingga ketakutan pun menyelimuti mereka.

Pada tahun-tahun berikutnya, sekelompok warga pribumi berkumpul untuk membahas bagaimana menghadapi kemungkinan kedatangan penjajah Belanda. Karena pada masa itu, alat komunikasi yang modern belum ada, salah satu dari mereka memiliki gagasan brilian. Mereka memutuskan untuk menyiapkan kentongan di setiap rumah sebagai tanda peringatan. Ketika penjajah Belanda datang, kentongan-kentongan ini akan dibunyikan sebagai woro-woro, sebagai isyarat bahaya.

Tindakan ini membuktikan keberanian dan kecerdikan warga Desa Woro. Ketika serdadu Belanda tiba, warga dengan segera memukul kentongan-kentongan mereka untuk mengingatkan semua penduduk untuk meninggalkan rumah demi keselamatan mereka. Salah satu tentara dari Kerajaan Mataram yang tinggal di sana akhirnya diangkat sebagai pemimpin, dan dia mengatakan, "Deso iki takarani Deso Woro," yang berarti "Desa ini dinamai Desa Woro" dalam bahasa Jawa.

Kepala Desa Woro, Ahmad Awaludin, yang akrab disapa Mas Alut, mengungkapkan, "Awalnya, berawal dari sekelompok warga masyarakat yang berkumpul di perbatasan desa pada zaman penjajahan, mereka mencari cara untuk melindungi diri dari kemungkinan penangkapan oleh penjajah. Ide membuat kentongan sebagai woro-woro menjadi kunci keamanan mereka."

Sekretaris Desa Woro, Puji Lestari, menekankan pentingnya memahami kondisi geografis Desa Woro dalam perencanaan pembangunan dan penyelesaian masalah masyarakat. Desa Woro terletak 7 km ke arah utara dari kantor Kecamatan Kepohbaru, dan memiliki luas wilayah sekitar 226 hektar.

Desa Woro berbatasan dengan Desa Tlogorejo di sebelah utara, Desa Nglumber di sebelah selatan, Desa Sumberagung di sebelah barat, dan Desa Bumirejo di sebelah timur.

Desa Woro terbagi menjadi tiga dusun: Dusun Woro, Ngujo, dan Dusun Sidonganti. Terdapat 14 RT dan 3 RW di desa ini, dengan jumlah penduduk sekitar 2.610 jiwa, terdiri dari 1.332 penduduk perempuan dan 1.331 penduduk laki-laki.

Penting untuk dicatat bahwa seperti desa-desa sekitarnya, Desa Woro juga sangat tergantung pada iklim, dengan mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani.

Desa Woro, dengan cerita asal usulnya yang membangkitkan semangat kebersamaan dan keberanian, terus berkembang dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah dan budaya Kabupaten Bojonegoro. [sah/lis]

Tag : Asal, usul, desa



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat