Bingung Menjual Panen Singkong, Hayati Mulai Produksi Tepung Mocaf di Sonorejo
blokbojonegoro.com | Tuesday, 05 April 2022 12:00
Tepung mocaf kemasan standing pouch dan biasa ukuran 500gram. (Foto: blokBojonegoro.com/Parto Sasmito)
Reporter: Parto Sasmito
blokBojonegoro.com - Salah satu home industri di Desa Sonorejo, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, rumahnya tampak sederhana, lantai teras dari paving, dan dinding rumah terbuat dari kayu terdapat banner bertuliskan Home Industri tepung mocaf "Mboelan' dan aneka camilan khas Bojonegoro produksi "UD. Rizki Hayati".
Bu Hayati, begitu ia biasa disapa. Memulai usaha home industri tepung mocaf dan aneka camilan khas Bojonegoro, sejak 2015 silam. "Mendapatkan pelatihan dari Disnakertransos (Nama dinas waktu itu) pada 2015, membuat aneka olahan dari tepung mocaf. Awalnya karena penasaran apa itu mocaf, ternyata tepung dari singkong," ujar Hayati ditemui di kediamannya sekaligus tempat usaha di Desa Sonorejo, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro.
Setelah mendapatkan pelatihan, bertepatan ayah Hayati memiliki ladang seluas 3 hektar yang ditanami singkong sudah waktunya panen. Karena bingung mau dijual ke mana, Hayati mengajukan pelatihan pengolahan singkong menjadi tepung mokaf pada dinas terkait.
Sejak saat itu, selain membuat olahan makanan dari tepung mocaf seperti brownis, kerupuk, rengginang, kue kering dan kue basah, dirinya juga mulai produksi sendiri tepung mocaf, bahkan juga dijual di berbagai tempat.
"Untuk penjualan bentuk kerupuk dan mocaf, kemarin kita titip di Galeri Dinkop, pusat jajanan IKM, juga punya langganan di Desa Ngampel Kecamatan Kapas, di toko Desa Kuncen, Dengok, dan Padangan. Harga jual di toko rata-rata kemasan standing pouch 9500 sampai 10 ribu rupiah per 500gram. Sedangkan kemasan biasa 7000 rupiah per 500gram," ulas Hayati.
Peralatan untuk merajang singkong. (Foto: blokBojonegoro.com/Parto Sasmito)
Proses produksi, kata Hayati, untuk 1 kwintal tepung mocaf dilakukan kurang lebih selama 1 minggu di tempat yang ada di samping rumahnya. Dalam prosesnya, ia lakukan bersama 4 orang tetangga yang masih kerabatnya. Saat merajang singkong, bisa ia lakukan sendiri, selanjutnya proses menjemur dan menata jemuran dilakukan 3 sampai 4 orang selama 3 hari.
Tantangannya dalam proses produksi, tepung yang dijemur langsung di bawah terik matahari harus benar-benar kering. Jika kadar air masih tinggi, tepung tidak bisa dibuat. Selain itu, jika terkena air hujan tepung juga bisa menjamur, serta tatakan untuk menjemur harus diberikan lapisan yang bersih.
"Kendala saat ini cuaca. Selain itu juga tempat untuk meletakkan tepung ini setelah dijemur. Karena tidak mungkin ditumpuk, tapi dijejerkan. Ada tempat samping rumah, tapi masih sederhana dan kurang cahaya matahari. Harapannya ke depan, ruangan itu bisa menjadi tempat jemur dengan atap yang transparan. Sehingga mempermudah proses penjemuran," kata Hayati menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Desa Sonorejo, Sundoko mengatakan, di berbagai kesempatan pemerintah desa membantu mempromosikan hasil home industri tepung mocaf tersebut, seperti pada pameran maupun jika ada tamu datang ke desa tersebut.
"Produksi tepung mocaf ini menjadi produk unggulan. Selain itu, adanya home industri ini juga membantu membuka lapangan pekerjaan untuk warga sekitar," kata Kades Sundoko yang juga berlatar belakang entrepreneur itu. [ito/lis]
Kades Sonorejo Sundoko (kaos hitam) dan Hayati (tengah) menerima kujungan Forum Kabupaten Sehat (FKS) Kabupaten Bojonegoro.
Tag : tepung, mocaf, bojonegoro, sonorejo, padangan, olahan, makanan
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini