18:00 . HPN 2024, PWI Bojonegoro Gelar Seminar Literasi Media dalam Mengawal Clean and Good Governance   |   13:00 . PJ Bupati Adriyanto Launching Program Paman Sehati   |   12:00 . Penambang Pasir di Bojonegoro Ditemukan Meninggal di Bawah Jembatan Kare   |   09:00 . Berikut ini Nama Finalis Seleksi Duta Pemuda Pelopor Bojonegoro Tahun 2024   |   15:00 . Sudahkah Pancasila sebagai Pondasi Pendidikan Selaras dengan Implementasinya   |   13:00 . Bojonegoro Jadi Tuan Rumah Pertemuan Rutin PKK, DWP, Perwosi se-Bakorwil II   |   17:00 . Perahu Penambang Pasir di Bojonegoro Tenggelam, Satu Penumpang Hilang   |   15:00 . 44 Peserta Ikuti Seleksi Duta Pemuda Pelopor Tahun 2024   |   13:00 . 106 Kontingen LKS Bojonegoro-Tuban Bertarung di Provinsi   |   10:00 . Sukses Gelar Ramadan Heppiii, Kartar di Bojonegoro Bangun Fasum hingga Turnamen ML   |   17:00 . Ngopi Bareng Ojol, Kanit Kamsel Satlantas Polres Bojonegoro Sampaikan Pesan Ini   |   12:00 . Menyemai Asih, Merawat Asuh, Merajut Asah Menuju Terbitnya Generasi Fajar   |   13:00 . Sambut Hari Kartini Pemkab Bojonegroro Gelar Lomba Masak Nasi Goreng   |   11:00 . Reuni Angkatan Awal Ponpes Attanwir yang Luar Biasa   |   09:00 . Halal Bihalal, Momen Semangat Bekerja Bersama-sama Usai Cuti Lebaran   |  
Thu, 25 April 2024
Jl. KS Tubun, Gang Srinayan No. 3 Kel. Mojokampung Kota Bojonegoro, Email: blokbojonegoro@gmail.com

Teliti Perkembangan Pendidikan Islam di Belanda, Alumni Attanwir Dikukuhkan Jadi Guru Besar

blokbojonegoro.com | Sunday, 30 January 2022 13:00

Teliti Perkembangan Pendidikan Islam di Belanda, Alumni Attanwir Dikukuhkan Jadi Guru Besar Prof Muslih bersama teman-temannya. (Tribunnews jateng.com)

 

Reporter: Nidlomatum MR

blokbojonegoro.com - Secara historis pendidikan Islam di negeri Belanda mulai terlihat sejak 1980-an. Bentuk dari pendidikan Islam itu sendiri ada tiga jenis: pendidikan masjid, pendidikan agama Islam di sekolah umum, dan sekolah dasar Islam.

Hal ini merupakan cuplikan penelitian yang dilakukan Dr.Muslih.MA yang telah dibukukan dengan judul "Pendidikan Islam di negeri Belanda: Sejarah, Tantangan dan Prospek. 

Berkat penelitian ini pula, Dr.Muslih,MA dikukuhkan sebagai guru besar Pendidikan Agama Islam dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang. 

Dalam orasi ilmiahnya saat pengukuhan, Profesor yang juga Alumni Attanwir, Talun, Sumberrejo, Bojonegoro itu memaparkan perjalan Komunitas muslim berhasil mendirikan sekolah dasar Islam pertama mereka di akhir 1980-an di Rotterdam dan Utrecht. Sekolah-sekolah tersebut sepenuhnya didanai oleh negara. Konstitusi Belanda, yang menjamin kebebasan pendidikan, memungkinkan bagi orang muslim di negara ini untuk mendirikan sekolah mereka sendiri berdasarkan budaya dan agama mereka (Islam).

Prof Muslih dikukuhkan di Gedung Rektorat UIN Walisongo pada Rabu (26/1).Pada pidato pengukuhan atau orasi ilmiah, ia akan membawakan hasil penelitiannya tentang pendidikan Islam di tengah masyarakat sekuler barat, khususnya di Belanda.

Merampungkan studi master dan doktor di Leiden University Belanda membuat dirinya tertarik untuk meneliti pembelajaran Islam pada lembaga pendidikan di Belanda.

"Saya punya sejarah pernah tinggal cukup lama di Belanda selama kurang lebih 7 tahun. 2 tahun menempuh program master dan 5 tahun menempuh program doktor.

Penelitian yang dilakukan juga sebagai apresiasi terhadap perjuangan kaum minoritas Muslim di Belanda yang telah dengan gigih memperjuangkan hak konstitusionalnya sebagai warga negara dalam memperoleh atau mendapatkan Pendidikan Agama Islam bagi anak-anak Muslim di sana," kata Prof Muslih.

Menurutnya, warga muslim sebagai minoritas di Belanda pada awalnya kesulitan untuk mendapatkan pelayanan pendidikan, terutama tentang agama.

Ia pun bercerita awal mula munculnya komunitas Muslim di Belanda yang awalnya mayoritas penduduknya memeluk Protestan.

Menurutnya, komunitas muslima berjuang keras untuk diakui dan memiliki sarana pendidikan khusus yang mempelajari agama Islam.

Sebelum Muslim masuk ke Belanda, terjadi pilarisasi antara penganut Katolik dan Protestan di negara kincir angin itu. Masyarakat terpolarisasi di setiap aspek sosial masing-masing kelompok Katolik dan Protestan memiliki pilar sendiri. Masing-masing memiliki bank sendiri, sekolah, tim sepakbola, termasuk pendidikan sendiri.

Pada saat Perang Dunia II, negara di Eropa hancur termasuk Belanda. Jerman menjajah Belanda dengan meluluhlantakan sejumlah daerah.

Setelah Perang Dunia II, orang-orang Muslim datang ke Belanda dalam skala besar pada periode 1960-an dan 1970-an.

"Pada saat itu, pemerintah Belanda membutuhkan tenaga kerja manual untuk membangun kembali negara. Sebagian besar orang Belanda tidak mau melakukan pekerjaan kasar. Karena itu pemerintah Belanda mengundang para pekerja dari luar negeri, terutama dari wilayah Eropa Mediterania untuk datang ke Belanda untuk melakukan pekerjaan tersebut. Para pekerja itu disebut pekerja tamu atau guest worker," kata Prof Muslih.

Selama periode ini Pemerintah Belanda menyelesaikan perjanjian rekrutmen dengan beberapa negara Eropa Selatan, dan dengan Turki dan Maroko. Para imigran dari Turki dan Maroko adalah kaum Muslim sehingga menjadi awal migrasi umat Muslim ke negeri tulip. Pemerintah Belanda memilih pekerja dari Turki dan Maroko kala itu lantaran murah.

Rata-rata merupakan pekerja kasar dari masyarakat tidak berpendidikan (uneducated) dan tidak memiliki keterampilan. Pemerintah pun merayu para pekerja tersebut agar tidak pulang ke negara mereka, lantaran nantinya tidak ada yang mengerjakan pekerjaan kasar di Belanda.

Pada 1970 pemerintah Belanda melaksanakan program reunifikasi, yang mana pekerja dari Turki dan Maroko didatangkan secara besar-besaran.

Pekerja yang didatangkan merupakan keluarga muda sehingga memiliki istri dan anak di negara asal mereka. Pemerintah pun meminta agar keluarga para pekerja tersebut dibawa turut serta pindah ke Belanda.

"Mereka kangen anak istrinya. Pemerintah Belanda memperbolehkan keluarga pekerja datang tanpa di-screening. Setelah itu di Belanda, mereka beranak pinak. Meskipun pendatang, mereka diperlakukan spesial. Mereka memegang Netherland paspor, Dutch Nationality. Generasi kedua pun lahir di Netherland," jelasnya.

Seiring berjalannya waktu, Muslim pun semakin bertambah banyak di negeri Belanda. Sementara dari segi pendidikan belum ada lembaga pendidikan khusus Islam sebagai wadah anak-anak Muslim belajar agama. Karena itu .ereka menuntut kepada pemerintah Belanda agar ada lembaga pendidikan yang mengajarkan Islam seperti halnya pesantren atau madrasah.

"Kita di Indonesia Muslim mayoritas, menuntut adanya Madrasah, no problem at all. Mereka (warga Muslim) posisinya warga minoritas. Mereka ingin anak-anaknya mendapatkan ajaran agama sebagai budaya dan tradisi yakni Islam, meskipun hidup di negara sekuler," ucapnya.

Sebetulnya, ada pendidikan agama yang disampaikan di sekolah umum di sana. Namun, para orang tua Muslim berharap pelajaran agama Islam bukan hanya sekadar formalitas tetapi bisa disampaikan komprehensif dan mendalam. 

Tuntutan ini tak serta merta dikabulkan oleh pemerintah Belanda. Meskipun pada akhirnya umat Muslim diizinkan mendirikan lembaga pendidikan khusus Islam 

Sekitar tahun 2019 saat penelitian oleh Dr.Muslih dilakukan, total ada sebanyak 43 sekolah dasar Islam dan satu sekolah menengah Islam di Belanda yang sepenuhnya didanai negara.

Menurutnya, tuntutan agar pemerintah memperbolehkan pendirian sekolah menguat setelah masyarakat Muslim merasa bahwa sudah berjasa terhadap pembangunan di Negeri Kincir Angin tersebut. Apalagi dalam perkembangannya warga Muslim di Belanda mencapai 400 ribu jiwa.

Dengan dikabulkannya tuntutan adanya lembaga pendidikan Isla. Prof Muslih menuturkan, penyampaian agama Islam ada tiga metode yakni secara informal melalui madrasah Diniyah. Kemudian di sekolah umum, kemudian yang ketiga dilaksanakan di sekolah formal dan berbasis Islam dengan subsidi negara 100 persen.

Lantaran mereka rata-rata memiliki penghasilan menengah ke bawah, sehingga rata-rata mendapatkan subsidi dua kali lipat lebih besar ketimbang yang diterima anak-anak asli kelahiran Belanda.

"Dapat dikatakan bahwa secara umum sekolah Islam masih tertinggal di belakang sekolah publik Belanda dalam hal prestasi kinerja. Penyelidikan yang dilakukan oleh Inspektorat Pendidikan membuktikan bahwa sekolah dasar Islam memiliki kekurangan yang cukup serius, di antaranya kualitas pendidikan yang tidak memadai dan salah urus keuangan," katanya.

Namun demikian, Prof Muslih menuturkan, sekolah dasar Islam di Belanda telah belajar dari penilaian negatif Inspektorat Pendidikan.

Pada akhirnya seiring berjalannya waktu lembaga pendidikan Islam di Belanda semakin membenahi administrasinya sehingga semakin hari semakin baik. [lis]

 

 

 

Tag : Muslih, pendidikan, belanda



* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini

Logo WA Logo Telp Logo Blokbeli

Loading...

PEDOMAN KOMENTAR

Ayo berpartisipasi membangun budaya berkomentar yang baik. Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan. Gunakanlah bahasa yang baik dalam berekspresi. Setialah pada topik. Jangan menyerang atau menebar kebencian terhadap suku, agama, ras, atau golongan tertentu.

Pikirlah baik-baik sebelum mengirim komentar.




blokBojonegoro TV

Redaksi

  • Monday, 19 February 2024 20:00

    PEPC JTB Kunjungi Kantor Baru BMG

    PEPC JTB Kunjungi Kantor Baru BMG Perwakilan PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12, Regional Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina mengunjungi kantor redaksi blokBojonegoro.com (Blok Media Group/BMG), di BMG CoWorking Space, Jalan Semanding-Sambiroto, Desa Sambiroto, Kecamatan...

    read more

Suara Pembaca & Citizen Jurnalism

Lowongan Kerja & Iklan Hemat