Awal Tahun 2022, Ada 164 Kasus DBD dan DD Masuk Dinkes Bojonegoro
blokbojonegoro.com | Tuesday, 18 January 2022 17:00
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Bojonegoro, dr. Wheny Dyah Prajanti. (blokBojonegoro.com/Rizky)
Reporter : Rizki Nur Diansyah
blokBojonegoro.com - Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) sering dianggap sama, kedua penyakit tersebut masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Keduanya sama-sama disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Lantas apa perbedaannya?
DBD merupakan kondisi Demam Dengue yang lebih parah dan keduanya memiliki perbedaan gejala awal, yang salah satunya yaitu demam dengan suhu tubuh hingga 40 derajat Celcius selama empat hingga tujuh hari setelah digigit nyamuk.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinkes Bojonegoro, dr. Wheny Dyah Prajanti mengatakan sejak 2021 hingga tahun 2022 saat ini, di Kabupaten Bojonegoro mengalami kenaikan kasus DBD dan kasus tersebut mulai trend sejak bulan Oktober tahun lalu.
"Sepanjang tahun 2021, di Kabupaten Bojonegoro ada 392 kasus dan 5 kasus kematian akibat DBD, yang masuk ke dalam Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro, dan di tahun 2022 per tanggal 17 Januari ini, ada 112 kasus dengan 2 kasus kematian dan 52 kasus DD," katanya.
Kedua kasus tersebut masih menjadi perhatian bagi Dinkes Kabupaten Bojonegoro, pihaknya akan terus melakukan pencegahan, karena peningkatan kedua kasus penyakit tersebut mengalami kenaikan secara signifikan.
Adapun upaya dari pihak Dinas Kesehatan untuk mencegah terjadinya DBD dan DD, pihaknya melakukan gerakan satu rumah satu jumantik dan tetap memberikan edukasi kepada masyarakat, baik melalui siaran melalui radio, siaran keliling, melakukan penyuluhan ke Desa-desa.
"Karena dengan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan satu satunya cara untuk menghindari terkena kedua virus tersebut, dan itu harus dilakukan seluruh masyarakat agar terhindar dari DBD maupun DD," lanjut Wheny.
Pihaknya mengimbau agar gerakan PSN dilakukan seluruh masyarakat secara serentak dan itupun hanya satu minggu sekali. Masyarakat banyak yang beranggapan bahwa fogging merupakan aksi untuk pencegahan, tetapi hal tersebut salah, dan sebenarnya fogging merupakan aksi pemberantasan dan bukan cara untuk pencegahan.
Adapun dalam 164 kasus DBD dan DD, ada beberapa Puskesmas yang memiliki kasus tertinggi, seperti, Puskesmas Kalitidu sejumlah 19 kasus dengan rincian 4 DD dan 15 DBD, Puskesmas Wisma Indah ada 19 kasus, 4 DD dan 15 DBD," ujarnya.
"Kemudian, Puskesmas Bojonegoro ada 18 kasus, meliputi 6 DD dan 12 kasus DBD dan terakhir dengan kasus tertinggi yaitu dari Puskesmas Ngasem dengan total 17 kasus meliputi, 4 DD dan 13 DBD," paparnya.
Wheny berharap, semoga kasus DBD dan DD kian hari kian mereda bahkan sampai hilang dari Kabupaten Bojonegoro khususnya. [riz/lis]
Tag : DBD, penyakit, dd, nyamuk
* Ingin Beli / Transaksi, Klik di Bawah Ini